Nahkoda Tanpa Mimbar: IMM dan Kesunyian yang Mencerahkan


Oleh : Tis'a Mukarromah Arfsal
(Calon Formatur Musycab-34 PC IMM Kota Makassar)


Saat ini kepemimpinan sering kali diukur dari seberapa lantang suara seseorang diatas mimbar. Hal inilah yang menjadi tantangan besar bagi Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM), bagaimana mencetak pemimpin yang bekerja dalam diam namun mampu memberi terang. Kepemimpian tidak selamanya tentang menjadi sorotan utama dalam rapat-rapat resmi maupun musyawarah. Akan tetapi kepemimpinan sejatinya lahir dari ruang-ruang yang sepi, diskusi kecil, kerja-kerja teknis yang tak terlihat, dan ketulusan hati dari seorang kader yang memilih membangun bukan tampil.

Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah, sebagai gerakan pencetak kader yang militan dan tercerahkan seharusnya tidak terjebak dalam paradigma bahwa seorang pemimpin ialah mereka yang duduk di struktural semata. Kepemimpinan yang semata-mata berlandaskan jabatan akan melahirkan kader-kader yang mengejar posisi, bukan peran. Tak bisa kita pungkiri, bahwasanya mimbar kerap menjadi candu, ruang tampil menjadi panggung eksistensi, bukan lagi sarana perjuangan. Pemimpin sejati dalam IMM justru seringkali ialah mereka yang tidak beridiri dimimbar, akan tetapi mereka yang mampu berdiri diantara keresahan-keresahan yang ada, yang lebih banyak mendengar dibandingkan berbicara. Kesunyian mereka mampu menjadi lentera dalam menghidupkan forum-forum diskusi ataupun kajian. Yang mampu merangkul kader-kader yang mulai lelah menyusun konsep gerakan dan menjaga idealisme gerakan agar tetap menyala dalam kesunyian ( menjaga ruh jihad organisasi meski tak selalu terlihat). 

Kepemimpinan seperti inilah yang sejatinya mendekati nilai-nilai kepemimpinan profetik—berbasis pada keteladanan, kesadaran spiritual, dan kepekaan sosial. Nabi Muhammad SAW pun memulai dakwahnya dalam kesendirian di Gua Hira, bukan dengan panggung. Kesunyian bukan kelemahan, tapi tempat lahirnya kedalaman berpikir dan ketajaman visi. IMM harus mampu menumbuhkan pemimpin yang tidak sibuk mencari spotlight, tapi fokus pada cahaya yang ia bawa. Kepemimpinan yang mencerahkan tidak harus keras, tapi harus jelas dan berakar. Sudah saatnya IMM memberikan wadah dan ruang tumbuh bagi para pemimpin tanpa mimbar yang bekerja dalam senyap, namun penuh makna. Karena sejatinya, kepemimpinan dalam IMM bukan soal siapa yang bicara paling keras, tetapi siapa yang paling mampu menjaga bara perjuangan tetap menyala, bahkan saat semua orang memilih diam.

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama