Nafas Gerakan IMM: Iman Ilmu Amal Menuju Aksi Nyata

Oleh : Nurfadillah 

(Bendahara 3 PC IMM Kota Makassar Periode 2024-2025)

Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) lahir dengan nafas perjuangan yang berlandaskan pada tiga pilar utama: iman, ilmu, dan amal. Tiga dimensi ini tidak dapat dipisahkan, sebab menjadi pondasi filosofis sekaligus arah praksis gerakan IMM di tengah realitas sosial yang terus berubah.

Iman bukan sekadar keyakinan yang terpendam di dalam hati, tetapi harus tercermin dalam sikap dan perilaku sehari-hari. Ilmu bukan hanya tumpukan pengetahuan di kepala, melainkan pedoman yang mengarahkan keputusan dan kebijakan. Amal tidak cukup berhenti pada retorika lisan, tetapi harus hadir dalam tindakan nyata yang memberi dampak positif bagi umat dan masyarakat.

Dalam perspektif kepemimpinan, IMM menegaskan bahwa jabatan bukanlah tujuan, melainkan amanah. Kepemimpinan yang lahir dari rahim IMM meniscayakan tanggung jawab moral untuk menebar kemaslahatan, mengembangkan keilmuan, serta mengarahkan gerakan sesuai dengan nilai-nilai Islam berkemajuan. Kepemimpinan bukan sekadar organisatoris, tetapi juga ideologis dan humanis, yakni kepemimpinan yang mengintegrasikan hati, pikiran, dan tujuan dalam satu garis perjuangan.

IMM bukanlah tempat nyaman untuk bersandar, melainkan medan pengkaderan yang menuntut daya pikir kritis dan aksi nyata. Di ruang inilah kader IMM ditempa menjadi intelektual yang berakhlak. Begitu pula IMMawati, yang berdiri bukan di belakang, tetapi sejajar dengan IMMawan, memikul tanggung jawab yang sama dalam menuntun gerakan.

Seorang pemimpin IMM tidak cukup hanya mengatur agenda organisasi, melainkan harus mampu merumuskan arah gerakan, berpikir strategis dengan ketajaman analisis, namun tetap membumikan langkahnya dalam doa dan ketundukan spiritual. IMM dengan demikian menegaskan bahwa iman dan ilmu bukanlah entitas terpisah, melainkan nafas gerakan yang menyatu dalam amal nyata.

Kepemimpinan yang Transendental

Kepemimpinan dalam IMM tidak sekadar mengelola struktur organisasi atau meraih prestasi duniawi. Lebih dari itu, kepemimpinan hakiki adalah kepemimpinan transendental: kepemimpinan yang berakar pada iman kepada Allah, ditopang oleh ilmu yang mencerahkan, dan diwujudkan melalui amal yang membawa kemaslahatan bagi manusia.

Ilmu menjadi fondasi agar kepemimpinan berjalan dengan bijaksana, terarah, dan bertanggung jawab. Tanpa ilmu, kepemimpinan berpotensi kehilangan orientasi dan mudah tergelincir. Iman menjadi pelindung yang menjaga kemurnian niat, menguatkan kesabaran, dan membentengi dari penyalahgunaan kekuasaan. Sedangkan amal adalah wujud nyata dari integrasi iman dan ilmu: keberanian untuk bertindak, mengabdi, dan menghadirkan perubahan positif.

Musyawarah Cabang (Musycab) ke-34 PC IMM Kota Makassar adalah momen penting untuk memperkuat kesadaran kepemimpinan kader. Musycab bukanlah sekadar agenda formal pergantian kepemimpinan, melainkan forum refleksi kolektif yang sakral. Ia menguji kedalaman komitmen kita sebagai kader, menuntut konsistensi berpikir dan keteguhan bertindak.

Dalam Musycab, nilai iman, ilmu, dan amal harus dipertemukan sebagai pedoman dalam memilih, menimbang, dan memutuskan arah gerakan. Pemimpin IMM bukan sekadar figur organisatoris, tetapi pelanjut tradisi perjuangan yang menjadikan amanah kepemimpinan sebagai investasi pahala di akhirat sekaligus kontribusi nyata bagi kemajuan bangsa di dunia.

Seiring dinamika zaman, tidak jarang api perjuangan IMM meredup, baik karena rutinitas organisasi yang kering makna, maupun karena godaan pragmatisme. Karena itu, Musycab harus menjadi arena untuk menyalakan kembali: Iman yang mulai padam, Ilmu yang mulai tumpul, Amal yang mulai beku.

Gerakan IMM tidak boleh mandek pada wacana, melainkan harus menjawab problematika sosial umat dengan solusi nyata. IMM harus terus menjadi motor perubahan yang membebaskan, bukan sekadar penonton atau komentator.

IMM bukanlah organisasi perebutan posisi. IMM adalah ruang pengabdian. Kepemimpinan IMM bukanlah tentang kekuasaan, tetapi tentang amanah untuk membina kader dan menuntun arah gerakan. Musyawarah Cabang kali ini hendaknya menjadi titik awal pembaruan, menghidupkan kembali ruh perjuangan, dan meneguhkan pondasi iman, ilmu, dan amal sebagai nafas gerakan kita.

Karena sesungguhnya, kami tidak sibuk mengejar validasi manusia. Arah juang kami bukan untuk tepuk tangan, melainkan semata-mata untuk ridha Allah Swt.

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama