Musyawarah Cabang Kota Makassar ; Menimbang Kepemimpinan Sebagai Ruang Tumbuh, Bukan Panggung Tampil

Oleh: Nurul Ilal Hikma

(Kader IMM Kota Makassar)


Dalam setiap Musyawarah Cabang (Musycab), kita selalu dihadapkan pada satu pertanyaan mendasar: Siapa yang pantas memimpin? Namun jarang sekali kita bertanya: Untuk apa kita memimpin? Pertanyaan ini bukan sekadar refleksi pribadi, tapi cermin arah gerak IMM ke depan. Musycab IMM 2025 seharusnya bukan hanya jadi ajang pemilihan, tapi juga ruang redefinisi makna kepemimpinan itu sendiri.Kepemimpinan dalam IMM terlalu berharga jika hanya dijadikan sebagai panggung tampil. Terlalu dalam jika hanya dimaknai sebagai posisi strategis atau status formal. Justru, kepemimpinan seharusnya menjadi ruang tumbuh — baik untuk diri sendiri, maupun untuk kader-kader di sekelilingnya.Ruang tumbuh berarti pemimpin hadir bukan untuk menjadi pusat sorotan, tetapi sebagai fasilitator proses; membangun ekosistem yang memungkinkan kader lain berkembang, berani berinisiatif, dan punya ruang untuk salah sekaligus belajar. Ini yang sering terlupakan. Bahwa tugas pemimpin bukan menjawab semua persoalan sendiri, tapi menciptakan lingkungan di mana semua orang merasa punya andil dalam menjawabnya.Di IMM, kita terlalu terbiasa mengidolakan figur, bukan menghidupkan nilai. Kita mengejar citra ideal seorang ketua, tapi lupa bahwa IMM dibentuk bukan oleh satu sosok, melainkan oleh gerak kolektif kader-kader yang sadar peran. Maka dari itu, Musycab 2025 ini bisa menjadi momentum untuk menggeser paradigma: dari orientasi figur ke orientasi proses.Bayangkan jika kepemimpinan IMM dimaknai sebagai ruang belajar bersama. Di mana formatur bukan hanya membuat program, tapi juga memfasilitasi pertumbuhan kader di dalamnya. Di mana kita tidak menunggu kader "siap", tapi justru memberi ruang mereka untuk belajar menjadisiap.Kita membutuhkan pemimpin yang mau turun tangan, bukan sekadar angkat tangan. Pemimpin yang tidak takut terlihat lemah karena mengakui belum tahu, tapi justru kuat karena mau belajar bersama. Inilah kepemimpinan yang mendewasakan organisasi.

Musycab IMM 2025 seharusnya menjadi titik balik. Di tengah tantangan zaman yang makin kompleks, IMM tidak butuh pemimpin yang sempurna — kita butuh pemimpin yang terus tumbuh. Yang menganggap amanah sebagai ladang pengembangan diri, bukan panggung eksistensi diri.Karena pada akhirnya, yang dibutuhkan bukan hanya mereka yang bisa bicara soal perubahan, tapi yang berani menciptakan ruang agar perubahan itu bisa terjadi — perlahan tapi pasti.Kepemimpinan seperti inilah yang layak diperjuangkan di IMM. 

Bukan hanya demi masa depan organisasi, tapi demi keberlanjutan nilai-nilai yang kita warisi dari para pendiri IMM dulu: nilai ikhlas, progresif, dan tercerahkan

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama