Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) hadir sebagai organisasi kader yang mengusung misi keislaman, keilmuan, dan kemasyarakatan. Dalam konteks kepemimpinan, IMM tidak hanya menekankan aspek teknis pengelolaan organisasi, tetapi lebih jauh membangun paradigma kepemimpinan yang berpijak pada trilogi nilai: spiritualitas, intelektualitas, dan humanitas. Ketiganya menjadi ruh gerakan dan landasan dalam mewujudkan IMM sebagai harakah ijtimā‘iyah atau gerakan sosial transformatif.
Pertama, spiritualitas merupakan landasan moral yang menuntun setiap pemimpin IMM agar menjadikan nilai ilahiah sebagai arah gerakan. Kepemimpinan dalam IMM dipandang sebagai amanah, bukan sekadar posisi struktural, melainkan tanggung jawab transendental di hadapan Allah SWT. Kedua, intelektualitas meneguhkan peran pemimpin IMM sebagai intelektual organik yang mampu membaca realitas, menganalisis problematika zaman, dan menghadirkan solusi transformatif. Pemimpin IMM tidak hanya berhenti pada wacana, tetapi juga menghubungkan gagasan dengan praksis sosial. Ketiga, humanitas menguatkan komitmen IMM untuk berpihak pada manusia, terutama kaum tertindas (mustadh‘afin), dengan cara memperjuangkan keadilan dan kemanusiaan universal.
Integrasi trilogi tersebut melahirkan kepemimpinan profetik, yang meneladani misi kenabian: transendensi (membangun landasan ilahiah), liberasi (membebaskan manusia dari ketertindasan intelektual, sosial, dan politik), serta humanisasi (mengangkat harkat martabat manusia sebagai khalifah di muka bumi). Allah menegaskan dalam QS. Ali Imran: 110, bahwa umat terbaik adalah mereka yang menyeru kepada kebaikan, mencegah kemungkaran, dan beriman kepada Allah.
Dengan demikian, kepemimpinan IMM adalah kepemimpinan yang membebaskan, memberdayakan, dan mencerahkan. Ia menjadi motor penggerak perubahan sosial yang berakar pada iman, berwawasan ilmu, dan berorientasi pada kemanusiaan.