Dalam menghadapi benturan pemikiran serba ekstrim, disebabkan oleh doktrin intelektual yang kadang kala tidak didasari dengan prinsip Teologis, maka refleksi keagamaan harus hadir didalam tubuh struktural Pimpinan IMM khususnya PC IMM Kota Makassar.
Hari-hari ini muncul paradigma dari kader "IMM hanya sampai komisariat", "kegiatannya itu itu saja tidak berkembang" apa penyebab?
Salah satunya adalah Kurangnya nilai teologis dalam pergerakan dan banyaknya kepentingan kelompok atau individu.
Maka kepemimpinan yang mengacu pada prinsip-prinsip keagamaan atau kenabian harus kembali dibangkitkan disetiap tingkat kepemimpinan di IMM agar lahir pemimpin yang berjiwa profetik.
Terlalu luas ketika kita menyebut kepemimpinan profetik. Maka perlu kita kerucutkan apa yang menjadi indikatornya. Minimal pemimpin tersebut mampu menjadi uswah, sebagaimana dalam diri nabi Muhammad Saw ada suri tauladan yang baik (33:21). Keteladanan dalam religiusitas (51:56), intelektualitas (58:11) dan humanitas (5:2)
Jika ditelaah secara seksama terdapat hal menarik, bahwa kata memajukan dan menggembirakan merupakan kata kunci yang menurut Djarnawi Hadikusuma, kata-kata tersebut memiliki arti yang sangat luas, yaitu ketika IMM mengalami kemunduran akibat kurangnya pemahaman arah gerak dan melemahnya prinsip teologis yang kemudian melahirkan isu stunting ideologis, maka Kepemimpinan Profetik harus menjadi 1 dari banyak jawaban atas problem kader hari-hari ini.
Keteladanan pimpinan dalam memajukan dan menggembirakan adalah jalan yang tidak semestinya berhenti diranah IMM saja tapi sebagai kader militan, paradigma pergerakan sudah sampai pada tahap kepentingan persyarikatan dan bangsa agar "baldatun Thoyyibatun wa rabbul Gafur" (34:15) itu menjadi ikhtiar utama dalam pergerakan dan bisa kita rasakan.
Memajukan dan Menggembirakan sebagaimana Muhammadiyah pada awal berdirinya mendakwahkan islam dengan kegembiraan dan kebahagiaan sehingga islam mudah untuk diterima oleh masyarakat, begitu pula IMM seharusnya membangkitkan kembali kegembiraan pada ikatan dan memberikan kegembiraan kepada masyarakat sehingga problem traumatik kader dapat teratasi dan dapat menepis kalimat "enggan dan takut berorganisasi" yang masih banyak didengar pada tingkat komisariat.
Tentu semua ini hendaknya dijalankan dengan proporsional dengan prinsip washatiyyah. Moderat-Berkemajuan dengan sikap toleran, ukhuwah, dan membagun insan dalam hubungan sosial sebagai wujud Rahmatan lil alamin.
Wallahu a'lam