JALAN KADER ; ANTARA ROMANTIKA GERAKAN & REALITAS ZAMAN

 


Oleh : Muhammad Hisyam
(Ketua Bidang Kaderisasi PC IMM Kota Makassar)


Muqaddimah

Perkaderan bukan sekadar tahapan formal dalam organisasi, tetapi merupakan ruh gerakan yang membentuk kesadaran ideologis dan praksis kader. Ia menautkan nilai-nilai spiritual, intelektual, dan kemanusiaan dalam satu jalan panjang pembentukan watak. Maka, jalan kader adalah jalan pembebasan jalan sunyi yang tidak selalu dipahami oleh banyak orang, tetapi mengandung konsekuensi besar bagi perubahan sosial dan peradaban. Dalam konteks ini, IMM sebagai gerakan kader memiliki tugas sejarah yang berat namun mulia, yakni menyiapkan generasi yang tidak hanya pandai mengagumi perjuangan masa lalu, tetapi juga mampu menjawab tantangan zaman kini dan nanti.

Romantika Gerakan: Memori, Mitos, dan Bahaya Simulakra
Kader hari ini sering terjebak dalam romantika gerakan: mengenang diskusi panjang saat Darul Arqam, membanggakan postingan foto sekaitan dengan proses perkaderan, atau berdebat tentang tokoh IMM legendaris seolah semua itu sudah cukup membuktikan kualitas. Semua ini bisa menjadi pengikat emosional, tetapi ketika tidak dikritisi, ia berpotensi menjadi simulacra; representasi tanpa realitas seperti dikemukakan oleh Baudrillard (Piliang, 2021). Maka, penting untuk menyadari bahwa mencintai gerakan bukan berarti membeku dalam nostalgia, tetapi terus bergerak dalam kesadaran ideologis.

Romantika ini kerap membius, lalu membentuk narasi kepahlawanan simbolik yang menjauhkan kader dari kerja-kerja sunyi, dari refleksi jujur, dan dari kepekaan terhadap realitas sosial. Dalam bahasa Paulo Freire, kader harus membebaskan diri dari pendidikan gaya bank, yaitu menelan hafalan sejarah tanpa menjadikannya kesadaran kritis (conscientização) yang menuntut aksi nyata (Freire, 2005).

Realitas Zaman: Dunia yang Cair dan Tantangan yang Nyata

Zaman ini menuntut kejelian. Kita hidup di tengah dunia yang cair (liquid modernity), di mana nilai-nilai tak lagi stabil, dan informasi berubah lebih cepat daripada kesadaran manusia (Bauman, 2000). Maka, menjadi kader di era ini bukan sekadar belajar dalam ruang diskusi atau merancang kegiatan struktural, melainkan belajar untuk hadir secara autentik di tengah masyarakat. Tantangan seperti eksploitasi SDA, disinformasi digital, hegemoni kapitalisme global, dan banalitas moral di ruang publik, harus menjadi medan juang kader IMM. Dalam konteks ini, QS At-Taubah:122 menjadi relevan:

“Tidak sepatutnya seluruh orang pergi berperang; hendaknya ada sekelompok orang yang mendalami agama agar mereka memberi peringatan kepada kaumnya…”

Ayat ini bukan hanya perintah belajar, tapi juga perintah membumikan ilmu melahirkan kader yang militan secara intelektual, intelektual secara spiritual, dan spiritual secara praksis.

Sintesis: Jalan Intelektual-Militan

Sebagaimana ditegaskan dalam Matan Keyakinan dan Cita-cita Hidup Muhammadiyah (MKCH), kader harus hidup dalam bingkai tauhid yang mendorong amal dan tajdid. Maka, jalan kader adalah jalan ijtihad, bukan taqlid. Antonio Gramsci menyebut kader ideal sebagai intelektual organik, yakni mereka yang berpikir tidak hanya demi dirinya, tapi menjadi pelita di tengah komunitasnya (Gramsci, 1971). IMM tidak boleh sekadar mencetak administrator forum, tetapi harus mencetak pemimpin pemikiran.

Naskah Integratif Perkaderan IMM menyatakan bahwa seorang kader sejati lahir dari gabungan antara keberanian moral, kedalaman spiritual, dan kesadaran sejarah. Ia tidak mengulang kata-kata orang lain, tetapi melahirkan makna baru dari peristiwa. Militansi kader bukan pada loyalitas kosong, tetapi pada kemampuan menghadirkan kritik konstruktif terhadap struktur dan budaya organisasi.

Penutup: Kader Bukan Produk, Tapi Proses
.
Kader bukan hasil cetakan satu malam. Ia adalah proses panjang pembentukan jati diri melalui dialog, pembacaan zaman, dan perjuangan menghadapi kenyataan. Seperti tertulis dalam QS Al-Baqarah: 2

“Inilah Kitab yang tiada keraguan padanya, petunjuk bagi mereka yang bertakwa…”

Kader harus menjadi pribadi yang berjalan dengan petunjuk, bukan hanya sekadar bergerak dengan ramai.

Bulan Juli dan Agustus, yang sarat dengan semangat kemerdekaan dan evaluasi semester, menjadi momen yang tepat untuk mengukur ulang arah. Jalan kader adalah jalan sunyi yang penuh risiko, tetapi juga penuh berkah. Dalam jalan inilah cinta terhadap gerakan bertemu dengan kritik atas kebekuan, dan harapan atas masa depan bertemu dengan kerja hari ini.



Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama